Cara Masak Mie Instan Yang Benar

Dengan kesibukan yang menggeluti manusia modern masa sekarang, sesuatu yang serba instan jadi pilihan. Seperti halnya masakan dan minuman, Tapi hendaknya apabila mengkonsumsi makanan seperti mie instan, bacalah cara aturan masak yang tertera di kemasan tersebut agar tak timbul efek samping yang merugikan bagi kesehatan.

mie cepat saji

Salah memasak mie instan bisa mengakibatkan kerugian pada tubuh yang berpotensi menjadi, pemicu kanker. Maka teliti sebelum memasak sesuai aturan yang disarankan oleh produksen. Banyak merk bertebaran dimasyarakat luas, waspadai kemasan dan pengeluaran barang tersebut apabila menemukan telah kedaluwarsa, laporkan pada yang berwajib mengatasi masalah itu.

Cara masak mie instan yang benar adalah :
•    Mie Instant dimasak tanpa bumbu bersamaan karena MSG (Mono Sodium Glutamat) bila dimasak diatas 120 derajat celcius akan berpotensi menjadi Karsinogen, pemicu kanker.
•    Sebenarnya dalam kemasan sudah tersedia cara masak yang benar, tetapi dari pihak produksen tak mencanangkan akibat memasak tanpa mengikuti aturan yang ada.

Demikian seklias info diambil dari berbagai sumber semoga bermanfaat.

Senjata Pusaka Paling Ampuh

Cerita rakyat Tengger ini bermula dari sepasang suami istri bernama Ki Umah
dan istri serta anaknya yang bernama Joko Tengger. Kehidupan mereka bertiga cukup tenteram. Tengger seorang pemuda yang baik hati, ramah, dan suka menolong orang lain. Pada suatu saat Ia disuruh menjual hasil ladang ayahnya ke kota. Kekuatan badannya sungguh luar biasa, dia dapat membawa seluruh hasil panen.

senjata pusaka paling ampuh

Keistimewaan dan kekuatan badan Joko Tengger sampai terdengar pada Sri Sultan di Kartasura. Raja memberi perintah memanggil Joko Tengger. Akhirnya mengabdi di kerajaan Kartasura. Pada suatu hari Sri Sultan bertanya kepada Joko Tengger, “Joko Tengger senjata apakah yang kau miliki?” Joko Tengger berkata penuh hormat, “Ampun Sri Sultan, hamba tak memiliki senjata ampuh karena orang tua hamba tak pernah mewariskan kepada hamba”.

Bersabdalah Sri Sultan, :Sayang sekali, engkau tak memiliki senjata, padahal senjata itu perlu bagi dirimu sebagai seorang prajurit, Joko Tengger”. Berkata Joko Tengger, “Sri Sultan, mungkin orang tua hamba belum sempat mewariskan kepada hamba. Maka apabila Sri Sultan memperkenankan, hamba akan pulang untuk menanyakannya.”

Bersabdalah Sri Sultan, “Baiklah, coba tanyakan hal itu kepada orang tuamu dan lekas engkau kembali.” Hari itu juga Joko Tengger kembali ke rumahakan menanyakan senjata kepada ayahnya. Perjalanan antara Kartasura dan Tengger seharusnya ditempuh dalam waktu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, namun karena kesaktian Joko Tengger dapat dapat sampai di rumah. Gembira lah hati kedua orang tuanya.

Joko Tengger bertanya kepada ayahnya, “Ayah, Sri Sultan menanyakan senjata pemberian ayah, adakah senjata itu untukku?”. Mendengar pertanyaan anaknya itu, hati ayah menjadi sedih karena memang tidak ada satu pun senjata pusaka yang akan diwariskan kepada anaknya. Dijawabnya pertanyaan tersebut. “Tengger anakku, ketahuilah olehmu bahwa sebenarnya senjatamu yang sangat ampuh adalah Ayah dan Ibumu sendiri.”

Mendengar ucapan ayahnya itu, Joko Tengger menjadi gembira dan senang. Karena kedua orang tuanya akan dibawanya menghadap Raja. “Kalau begitu, sekarang Ayah dan Ibu ikut aku menghadap Baginda karena beliau sangat ingin melihat senjata milikku,” kata Joko Tengger gembira. Tetapi bagi kedua orang tuanya, hal tersebut merupakan petir di siang bolong. Sebab maksud ayahnya tadi berkata dalam kiasan. Apa yang dikehendaki anaknya terpaksa dituruti.

Hari berikutnya, ketiga anak beranak itu meninggalkan desanya, pergi ke kota. Sesampai di kerajaan, terjadilah suatu keajaiban karena orang tua Joko Tengger yaitu Ki Umah dan Ni Umah berubah bentuk menjadi meriam – meriam ampuh. Joko Tengger terkejut dan sedih melihat kenyataan itu namun ia harus segera menghadap Sri Sultan. Maka masih dalam keadaan berduka ia menghadap Sri Sultan Raja Kartasura, “Daulat Tunaku, Sri Sultan, hamba aturkan sembah. Hamba membawa dan menyerahkan dua senjata ini.”

Ternyata senjata tersebut sangat berguna untuk pertahanan kerajaan Kartasura. Dalam beberapa kali peperangan terbukti meriam itu mampu memporak porandakan pertahanan musuh. Meriam-meriam itu dinamakan Kyai Setomo dan Nyai Setomi. Meriam Kyai Setomo sekarang berada di Taman Fatahilah – Jakarta dan dikenal dengan nama Kyai Jagur. Sedangkan meriam Nyai Setomi hingga sekarang masih berada di Kartasura.

Kejujuran Joko Tengger patut diteladani. Ia mempunyai kesaktian luar biasa namun tidak menyombong, bahkan bersikap apa adanya.

 

Bawang Putih dan Bawang Merah

Bawang putih adalah gadis yang sudah tak punya ibu dan bapak. Ia hidup bersama ibu tiri nya yang juga punya anak seusia bawang putih. Ia selalu dibebani pekerjaan yang berat, misalnya mengambil air dari sumber yang jaraknya jauh dari rumah. Sementara saudara tiri nya yaitu Bawang Merah tak pernah disuruh bekerja membantu ibunya. Bawang Putih juga diperintah mencari ranting-ranting kayu bakar untuk memasak. Namun gadis ini tak pernah mengeluh.


Ia jalani hidup ini dengan tabah, walau kadang ia juga merasa diperlakukan kurang adil oleh ibu tirinya. Seperti memberi makan ayam harus dia yang melakukan, padahal itu pekerjaan mudah dan Bawang Merah pasti bisa melakukannya. Ia juga yang harus menyapu dan menimbun sampah dibelakang rumah. Karena sering bergerak tanpa disadari tubuh Bawang Putih semakin sintal padat dan sehat. Kecantikanya tidaklah berkurang karena kesibukanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Sementara Bawang Merah sengaja dimanja sedemikian rupa. Tak pernah disuruh membantu pekerjaan rumah. Setiap hari kegiatanya hanya berdandan dan bersolek.

Malang nian nasib si Bawang Putih. Sehari-hari sudah bekerja keras, apabila ada kesalahan sedikit saja ia selalu dimarahi oleh ibu tirinya. “ Ingat jangan ulangi lagi kesalahanmu, dasar gadis bodoh ! jelek !” bentak ibu tirinya suatu hari. Bawang Merah setiap hari hanya bersolek. Ia berusaha berdandan sebaik baiknya. Namun diam-diam ia harus mengakui bahwa Bawang Putih ternyata jauh lebih cantik daripada dirinya. Padahal Bawang Putih tak pernah bersolek secara berlebihan seperti Bawang Merah.
Seperti biasa setiap hari Bawang Putih diperintah mencuci pakaian kotor yang jumlahnya cukup banyak. Karena kebaikan dan ketulusan hatinya. Ada seekor ikan emas ajaib yang membantunya. Begitu pakaian dicelupkan ke dalam air seketika itu juga pakaian itu menjadi bersih dengan sendirinya.

Melihat pekerjaan berat dapat diselesaikan dalam waktu singkat, si ibu tiri menjadi curiga. Suatu ketika Bawang Merah disuruh mengamati dari jarak jauh siapakah yang membantu pekerjaan Bawang Putih. “Oh, ternyata dia dibantu oleh ikan ajaib?” berkata dalam hati, Bawang Merah. “ Hem, aku ada akal...” Bawang Merah lalu menangkap ikan itu tanpa tanpa tahu Bawang Putih. Lalu ikan itu dibawa pulang, dimasak, dan mereka makan habis dagingnya. Hanya duri dan kepala yang disisakan oleh ibu dan anak yang dengki itu. Mereka memberikan sisa ikan itu agar dimakan Bawang Putih. Mana mungkin Bawang Putih tega memakan sahabatnya sendiri, sebab ikan itu telah banyak membantu pekerjaannya sehari-hari.

Dengan hati sangat sedih Bawang Putih menerima duri ikan itu. Air matanya bercucuran, Ia mengubur kepala dan duri ikan itu di halaman depan rumahnya. Tak berapa lama tumbuh tanaman bunga yang indah.
Pada suatu hari ada Pangeran Kerajaan yang melintas di tempat itu. Pangeran sangat tertarik atas keindahan bunga yang sedang mekar di halaman rumah Bawang Putih. Pangeran turun dari kudanya. Ibu tiri dan Bawang Merah buru-buru datang menyambutnya. “ Wahai Pangeran, apakah yang membawa Pangeran datang ke gubuk hamba yang reyot ini? ” “Saya ingin tahu siapa yang menanam pohon ini?” tanya sang Pangeran. Tiba-tiba Bawang Merah menjawab dengan lancang, “ Hamba lah yang menanam pohon ini Pangeran.” Tapi Pangeran menggelengkan kepalanya. Sebab ia sudah tahu siapa sesungguhnya yang menanam bunga itu. Sebenarnya Pangeran itu jelmaan ikan emas. karena dahulu ia dikutuk oleh Dewa karena berbuat kesalahan. “ Kalian bohong ! Kalian telah memakan ikan jelmaan diriku, tubuh kalian akan mengeluarkan sisik seperti ikan.” Baru saja Pangeran berkata demikian ibu dan anak yang jahat it menjerit karena tubuhnya jadi bersisik seperti ikan. Mereka lari masuk ke dalam hutan karena malu.

Pangeran menghampiri Bawang putih, “Bawang Putih akulah ikan yang telah membantu mencuci pakaianmu. Sekarang maukah kau ku pindah ke istana untuk kujadikan istriku...? “ Oh Pangeran... hamba... hamba bersedia.
Demikianlah Bawang Putih yang baik hati akhirnya memperoleh kebahagiaan hidup bersama Pangeran tampan.